"Ya benar bahwa dari sisi perbandingan, barangkali kita memang lebih rendah sebab begitu tidak sedikit kebutuhan nasional kita," kata lelaki yang akrab disapa JK ini di kantornya, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (19/2/2019).
JK menjelaskan perkiraan tersebut masuk dalam perkiraan pendidikan di sejumlah universitas dan lembaga, contohnya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
JK juga menilai pemanfaatan penelitian oleh pihak swasta masih dibutuhkan. Contohnya di Jepang dan Korea, walau kedua negara tersebut punya lembaga penelitian tetapi mereka tetap berkolaborasi dengan pihak swasta.
"Jadi tidak sedikit hal yang dapat diperbaiki. Jadi dapat universitas atau lembaga riset menimbulkan produk yang bisa diproduksi dengan baik atau perusahaan tersebut yang mengawali kemudian ditolong oleh lembaga penelitian pemerintah. Jadi itu tidak sedikit yang terjadi laksana itu," kata JK.
Dana Riset Rp 26 Triliun
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi membalas polemik perkiraan Riset dan Pengembangan atau research & development (R&D) Indonesia. Jokowi menyebut, perkiraan R&D ketika ini sebesar Rp 26 triliun.
"Supaya anda semuanya tahu bahwa dana pengembangan dan penelitian kita ini telah Rp 26 triliun," ungkap Jokowi usai bertemu CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu 16 Februari 2019.
Berdasarkan keterangan dari Jokowi, perkiraan R&D itu terbilang besar. Namun, tidak tertutup kemungkinan perkiraan itu terus ditingkatkan.
"Ke depan kita hendak mengembangkan," ujar Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan, perkiraan R&D telah menyasar kementerian lembaga. Dengan harapan, pemakaiannya tepat sasaran dan memberikan akibat positif untuk pembangunan bangsa.
"Agar arahnya tersebut jelas. Tembakannya tepat, sampai-sampai inovasi negara ini dapat muncul, muncul, muncul, muncul," kata Jokowi.
0 Komentar